Peduli Lingkungan lewat foto: Hunting II PF-PPWI Budaya, Wisata dan Religi [KALI, PINELENG]


Sabtu 29 oktober 2011 kembali PF-PPWI melaksanakan kegiatan hunting foto yang masih dalam rangkaian kegiatan "Peduli Lingkungan Lewat Foto" bekerja sama dengan WCS (World Conversation Society). Hunting pertama, PF-PPWI mefokuskan pada sampah di sekitar Kuala Jengki (Muara Sungai Tondano). Kali ini hunting ke-2 difokuskan pada tema budaya, keagamaan dan lokasi wisata. Lokasi yang menjadi tempat hunting adalah Taman Makam Pahlawan Imam Bonjol & Air Terjun Kali.



Pukul 06.00 peserta mulai berkumpul, satu jam kemudian setelah briefing dan perkenalan singkat dari para peserta tepat pukul 07.10 semuanya berangkat ke lokasi pertama yaitu taman makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol dengan jarak kurang lebih 5 km dari lokasi meeting point.
Photo: Wensi Pantouw
Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, Indonesia 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1838.[1] Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, Dia merupakan putra dari pasangan Bayanuddin (ayah) dan Hamatun (ibu). Ayahnya, Khatib Bayanuddin, merupakan seorang alim ulama yang berasal dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat setempat, Muhammad Shahab memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol
Dalam bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itu ia meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut.


Pukul 08.30 lanjut ke lokasi meeting point 2 di desa kali sebelum menuju lokasi hunting air terjun kali, sekalian rehat beberapa menit karena lokasi hunting air terjun akan ditempuh dengan berjalan kaki jaraknya kurang lebih 1 km dari meeting point 2. Meiki Tangkuman anggota PF-PPWI menyiapkan rumahnya sebagai tempat untuk meeting point 2. Rehat selama 30 menit kemudian lanjut ke lokasi air terjun kali dengan berjalan kaki.

Serunya sepanjang peralanan menuju air terjun, banyak objek yang bisa difoto. Terutama mereka penggemar fotografi macro dan landscape tempat ini seperti surga bagi mereka.


Memasuki jalan setapak menuju Air Terjun anda akan disajikan pemandangan landscape yang indah di sisi sebelah kanan.

Pertengahan rute jalan setapak, jikalau mulai terasa letih ada bangunan yang bisa dijadikan tempat beristirahat. Sayangnya bangunan sudah tidak terawat, walau masih kokoh berdiri karena dibuat permanen, tapi kondisi  sangat kotor.


Beberapa meter kedepan menuju air terjun, ada mata air. Konon dapat langsung diminum. Jadi jika persediaan air minum sudah sedikit atau habis, wadah air minum yang dibawah bisa diisi dengan air dari mata air ini.

Akhirnya sampai juga dilokasi air terjun, tanpa banyak bicara lagi semua peserta langsung menyiapkan peralatan mereka. Saya langsung melepas sepatu, dan langsung masuk ke sungai untuk mengambil gambar air terjun.

Air terjun Kali memiliki ke unikan yaitu memiliki 2 buah air terjun dengan ketinggian 60 meter. Sangat disayangkan objek wisata ini sudah tidak terawat, bahkan terlihat sudah dilupakan dan dibiarkan. Potensi Air terjun sangatlah besar untuk menarik wisatawan baik itu internasional, nasional dan lokal. Air Terjun Kali atau Air Terjun Pineleng padahal namanya sudah tersohor di tanah air. Seperti Afni Rustam lewat Weblog nya menceritakan bahwa pada tanggal 30 Mei 2010 bersama dengan suaminya tercinta datang ke Air Terjun Kali, jauh-jauh dari pulau jawa ke Manado untuk ke air terjun kali dia begitu kecewa dengan kondisi objek wisata ini. Sempat saya baca mereka ke tempat ini tanpa buku petunjuk pariwista, sehingga menjadi pertanyaan bagi saya apakah memang benar air terjun kali sudah dihapus dari daftar objek wisata daerah? karena ada beberapa isu tempat ini sudah tidak lagi didaftarkan sebagai objek wisata.


Kalau memang isu itu benar bahwa air terjun kali sudah tidak didaftarkan lagi sebagai objek wista, saya menjadi semakin bingung lagi ketika membuka situs resmi Pemerintah Minahasa, Air Terjun Kali Pineleng masih terpampang di slide halaman utama yang nota bene Pemkab minahasa masih mempromosikan keberdaan objek wisata ini. TETAPI!!!!! kenapa tempat ini dilantarkan dan dibiarkan? tekesan bagi saya Pineleng seperti anak tiri padahal arti dari PINELENG itu sendiri = DIPILIH, lokasi Kec. Pineleng sebagai bagian dari Kabupaten Minahasa diapit oleh dua daerah tingkat II yaitu Kota Manado dan Kota Tomohon, jangkauan pun jauh lebih dekat ke Manado dan Tomohon dari pada ke Tondano yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Minahasa. Seandainya memang pemerintah tidak sanggup atau belum bisa mengelola dengan baik, cobalah tempat ini dibuka kesempatan dengan mencari investor swasta yang mau bekerja sama untuk mengelola.
Official Website Pemerintah Kabupaten Minahasa
Photo:  John Tasirin
Sangat menyedihkan saat melihat kondisi lokasi disekitar Air Terjun Kali, begitu banyak sampah, fasilitas yang tidak terawat. Padahal kalau dikelalo dengan baik tempat ini bisa menjadi primadona daerah, terutama untuk mereka pecinta fotografi tempat ini bisa menjadi salah satu spot yang wajib dikunjungi.

Di sesi terakhir acara hunting yang dilaksanakan PF-PPWI bekerja sama dengan WCS, para peserta disuguhi dengan sesi foto model dengan konsep Busana Daerah Minahasa. Beberapa peserta antusias memotret dua orang model yang sudah disiapkan, tapi banyak juga peserta lain yang tetap sibuk berburu objek macro.


Hunting dilokasi air terjun diakhiri dengan berfoto bersama semua peserta. Dan selanjutnya kembali ke meeting point 2 rumahkanya Meiki Tangkuman untuk santap bersama Tinutuan atau Bubur Manado dilanjutkan dengan diskusi "Bedah Foto" sambil minum kopi yang sudah disiapkan.
Photo by Andres Etd

Pukul 13.00 seluruh acara berakhir, dan semuanya kembali ke aktifitas masing-masing.





Link Terkait:

Komentar