Classical vs Modern

5 April 2012, rencananya saya mau hunting sunset teluk Manado disekitaran kompleks Megamas sayangnya kondisi cuaca hari itu mengecewakan. Diufuk barat ada awan tebal menutupi lintasan matahari terbenam.

Foto diatas saya ambil dengan menggunakan kamera Canon 500D lensa Canon EF-S 10-22mm, dengan teknik bracketing manual pada 5 eksposure yang berbeda. Digabung dengan menggunakan software photomatix dan adobe photoshop. Alasan kenapa saya menggunakan teknik ini (modren teknik) karena kondisi saat itu jika dengan teknik klasik rasanya hasil akhir akan kurang memuaskan.
klik untuk perbesar
Gambar diatas adalah printscreen dari foto-foto yang ada di memory pada waktu pengambilan foto sunset 5 April 2012, file CR2 adalah singkatan dari Canon RAW versi 2, RAW adalah digital negative ibarat negative film pada kamera analog. Dengan kata lain file RAW belum mengalami proses apapun dari software.

Dari gambar screen shoot diatas bagian yang saya tandai dengan border berwarna merah adalah hasil foto "Golden Sea" yang saya anggap eksposurnya paling pas dibanding 5 foto lainnya. Ini hasil editinya
Komposing dengan Photoshop CS4
Level, Curve, Colour Balance  (shift blue), Brightness Contrast
Sebelum di Edit dengan Photoshop, RAW to JPG 
Sekilas tidak ada perbedaan yang jauh antara foto menggunakan teknik HDR dengan yang tidak setelah lewat hasil edit di photoshop. Tapi kalau perhatikan dengan seksama ada hal-hal detil yang terlihat pada foto HDR seperti awan, range cahaya dan warna juga lebih luas.
HDR Teknik
Classic Teknik

Rasa penasaran saya mendengar diskusi dari berbagai komunitas fotografi mengenai idelisme atau mungkin saya sendiri lebih berkesimpulan dengan isitilah "fanatisme", mengenai teknik konvensional (klasik) dan teknik digital (modern) yang selalu berpendapat bahwa yang klasik lebih mempunyai "skill fotografi" dan yang digital lebih mempunyai "nilai komersil". Tergerak untuk melakukan uji lapangan, kemudian saya lemparkan lewat diskusi online di facebook yang melibatkan praktisi fotografi (fotografer) dan para penikmat foto (bukan fotografer). Kekecewaan saya pada diskusi ini, para penikmat foto sudah takut memberikan pendapat mereka karena para praktisi fotografi sudah mengeluarkan bahasa "planet" dunia fotografi. Mengesampingkan tujuan yang sudah keluar jalur dari maksud tujuan diskusi itu sendiri, disisi lain saya senang karena diskusinya menarik perhatian di kalangan para komunitas fotografer.


Dari mata seorang fotografer, foto diatas secara teknis dari esensi fotografi masih banyak kekurangan baik itu masalah komposisi, exposure, colouring. Dari kacamata bukan fotografer yang tidak tahu persis tentang "ilmu" fotografi pasti akan pilih "D". Dan prediksi saya didiskusi itu akan banyak memilih "D" dengan alasan yg hampir sama "Enak dilihat". Didiskusi it

Teknologi sekarang membuat ilmu fotografi jauh lebih mudah dipelajari, tidak seperti dulu zaman analog, minimal harus punya lightmeter.. susahnya kalo saya yg genrenya landscape lightmeter hampir tidak bisa digunakan.. triknya ... capture normal exposure, under -1  dan over +1 (sesuai metering yg saya rasa pas) nanti di darkroom baru pilih yg pas wakakaka jadinya "BOROS film"

Selanjutnya kehadiran teknik komposing HDR yg belakangan jadi trend mulai menggoda saya untuk mencobanya, dulu sempat mempertahankan menggunakan teknik GND.. tapi godaan tingkat akurat dari komposing digital membuat saya mulai menggunakan teknik ini sampai sakarang. Walaupun ada yg komplain dan berpendapat "ahh masih lebih asyik yang natural" maksudnya mungkin bukan HDR, saya juga suka yang natural. Foto diatas sengaja disajikan dgn teknik seadanya dan tergesa-gesa. Alasannya supaya tidak mempengaruhi penilaian kategori "indah" yg ingin dicapai dari penyajian 4 foto ini. Padahal yang seharusnya ini bukan gaya seorang fotografer landscape... karena fotografer landscape harus lebih sabar... sabar menunggu cahaya yang pas, sabar menunggu posisi focal point yang tepat untuk memperkuat komposisi.

Foto A & C bukan foto HDR, proses digital hanya sebatas contrast/britgness, sedangkan foto B & C adalah foto HDR penggabungan 3 eksposure menggunakan software photomatix. Keempat foto tersebut tidak dilakukan manipulasi warna, lewat photoshop semua di koreksi hanya sebatas contrast & brigntess, agar adil saya merecord proses editing ke photoshop action agar bisa digunakan juga pada foto yang lain dengan step dan rasio editng yang sama pada keempat foto. Dan semua foto saya ambil menggunakan kamera Canon 500D lensa EF-S 10-22mm USM, agar adil juga saya menggunakan tripod + shutter release dan menggunakan mode Aperture Priority ( f/11) metering mode pattern, kopensasi eksposur 0 (nol) metering point ke awan dan langit.

FOTO A
klik foto untuk perbesar
Foto ini diambil menggunakan filter ND4 + Grad -Grey -2stop, efek grey filter menjadikan warna awan menjadi warna pink (merah muda) jadi kalo ada yang beranggapan itu hasil olahan dari digital, tebakannya belum tepat :D. Salah satu yang membuat saya senang menggunakan filter ini, adalah efek warna yang dihasilkan sangat sulit ditiru lewat software editor. Dan filter ini saya gunakan untuk mengejar perbedaan intensitas cahaya antara objek bawah dan atas yang sangat signifikan. Karena filter yang saya gunakan hanya -2stop artinya bagian gelapnya hanya bisa under 2 stop agak kesulitan menggunakan filter ini jika ingin mengambil foto seperti contoh paling atas "Golden Sea" yang langsung menghadap ke matahari, saya rasa -2 stop tidak lah cukup untuk mencapai keseimbangan yang diinginkan.
Filter: Grad-Grey & ND4

FOTO B
klik foto untuk perbesar

Sama seperti FOTO A menggunakan   filter ND4 + Grad -Grey , hanya saja digabungkan dengan teknik HDR dengan bracketing 3 exposure -2 0 +2

FOTO C

klik foto untuk perbesar
Foto ini diambil tanpa menggunakan  filter  filter ND4 + Grad -Grey

FOTO D

Foto dengan teknik HDR penggabungan dari beberapa eksposur tanpa menggunakan filter.

Yang penasaran dengan warna pink di awan, boleh download file RAWnya disini

Teknik HDR ini sendiri cendurng oversaturate dan juga proses lumansi dari software sering membuat beberapa area (terutama bagian gelap) sering muncul nois. Untuk foto HDR diatas saya lakukan beberapa koreksi di photoshop untuk menjadikanya terkesan natural. Saya sendiri sering menyebutnya "Digital Magic", keajaiban ini yang membuat beberapa orang awam selalu bertanya-tanya ini asli atau edit?

Percobaan yang mungkin hanya keisengan karena penasaran yang saya lakukan ini membuka mata saya, dari contoh 4 foto diatas dengan mengabaikan semua teknik dan esensi fotografi, ternyata dunia digital saat ini telah mengubah dunia fotografi secara dratis. Dan naif bagi saya jika seorang fotografer yang menggunakan dSLR secara mentah-mentah mengatakan saya tidak perlu software editor, atau ada beberapa yang beranggapan tidak edit lebih asyik.

Ya.. tidak edit atau teknik klasik vs teknik modern bagi saya keduanya sama kuat kalo mau menghasilkan foto yang indah, seandainya mungkin jika saya tidak menggunakan grad-grey mungkin pilihan akan berkata lain pada diskusi yang saya lemparkan.

Foto ini saya komposit dari FOTO A & C, dengan asumsi menggunakan GND bukan Grad-Grey, mungkin pilihannya akan beda ^_^.

Kesimpulan yang bisa saya dapat dari apa yang saya lempar ke halaman facebook dengan contoh keempat foto diatas, lepas dari segala esensi fotografi kebanyakan memilih foto yang enak dipandang mata, yang kesannya natural, dan itu adalah efek psikologis alami. Karena mata sudah terbiasa dengan hal yang natural.
Dan pada prinsipnya ketika sebuah foto disajikan, tidak peduli prosesnya seperti apa, penikmat hanya melihat hasil akhir, penikmat yang saya maksud ini adalah bukan praktisi fotografi, penikmat adalah mereka yang menjadi pelanggan anda (buat komersil fotografer). Beda apabila dilihat dari sisi praktisi fotografi, atau foto akan dilombakan, atau foto jurnalistik atau foto yang memiliki story khusus. Yang dilihat adalah prosesnya, mulai dari gear, waktu eksekusi sampai proses dark/light room.

Dan teknik digital saat ini, tidak dapat disangkal mulai mengikis teknik klasikal yang sebetulanya adalah esensi dasar dari ilmu fotografi itu sendiri. Kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan teknik digital menjadi godaan yang sulit dihindari para praktisi fotografi. Kalau masih ada yang kurang puas.. dengan opini saya bahwa Teknik Digital sekarang dalam dunia fotografi adalah merupakan keharusan...
sebaiknya jangan sampai anda ketinggalan... selain HDR sekarang juga ada teknik yang sekarang jadi trendy yaitu GREEN SCREEN PHOTOGRAPHY, dimana teknik green screen sebelumnya sudah digunakan pada proses pembuatan film

Komentar